Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Indonesian Journal of Cancer

Perjalanan Klinis Pasien Leukemia Limfoblastik Akut dengan Kromosom Ph-Positif (Philadelphia Chromosome) Mulatsih, Sri; Ritonga, Serasiamy
Indonesian Journal of Cancer Vol 3, No 4 (2009): Oct - Dec 2009
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.874 KB)

Abstract

Penderita leukemia limfoblastik akut (LLA) dengan kromosom philadelphia secara umum mempunyai luaran terapi yang buruk. Dilaporkan perjalanan klinis penderita LLA anak dengan Ph-positif. Pasien laki-laki usia 6 tahun, datang dengan jumlah leukosit 102.000/ul. Hasil pemeriksaan fusi gena menunjukkan Ph-positif (BCR-ABL tipe LLA), sehingga pasien didiagnosis sebagai LLA risiko tinggi. Pasien berhasil mencapai remisi fase induksi, namun mengalami relaps saat fase reinduksi (minggu 17), sehingga diulang terapi dari awal. Dalam fase rumatan awal, penderita mengalami sepsis, batuk-batuk, dan ada massa di punggung. Diagnosis saat itu adalah adanya keganasan sekunder malignant peripheral nerve sheath tumor, dengan penyebaran ke paru dan hati. Pasien meninggal karena gagal napas akibat metastasis paru.Kata kunci: leukemia, philadelphia, kromosom
Leukemia Myeloblastik Akut: Luaran Terapi di RSUP DR. Sardjito, Yogyakarta, 2004-2008 NURMALASARI, SITI AURELIA; WIDJAJANTO, PUDJO HAGUNG; MULATSIH, SRI; PURWANTO, IGNATIUS
Indonesian Journal of Cancer Vol 6, No 2 (2012): Apr - Jun 2012
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.115 KB)

Abstract

Latar belakang: insiden Leukemia Myeloblastik Akut (LMA) anak meningkat dari tahun ke tahun, namun keberhasilan terapi masih rendah. Tujuan: mengetahui overall survival pasien LMA anak dan faktor prognosis yang mempengaruhi luaran terapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, Januari 2004 - Desember 2008. Metode: anak usia < 15 tahun dan baru terdiagnosis LMA dimasukkan dalam penelitian ini. Faktor prognosis meliputi jumlah lekosit saat diagnosis dan status gizi. Analisis overall survival menggunakan metode Kaplan-Meier. Faktor prognosis dianalisis menggunakan regresi Cox. Hasil: terdapat 56 (63,6%) pasien menjalani kemoterapi dengan modifikasi protokol NOPHO-AML 93. Didapatkan 19 (33,9%) pasien meninggal, 4 (7%) relaps, 32 (57%) drop out, dan 1 (2%) survive. Median survival 3,05 bulan (10 hari - 2,8 tahun). Overall survival 3 tahun adalah 19 ± 10%. Kesimpulan: prognosis LMA anak di institusi kami masih buruk. Progresivitas penyakit, toksisitas obat, dan belum memadainya supportive care berperan dalam kematian pasien LMA anak.Kata kunci: LMA anak, faktor prognosis, overall survival.
Bagaimana Prognosis Histiocytosis? Sebuah Laporan Kasus Mulatsih, Sri; Lestari, Rini Dwi
Indonesian Journal of Cancer Vol 7, No 1 (2013): Jan - Mar 2013
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2487.516 KB)

Abstract

Penderita histiocytosis dengan keterlibatan multiorgan dan disertai gangguan fungsi organ mempunyai prognosis buruk dan tingkat mortalitas tinggi. Dilaporkan seorang penderita histiocytosis, usia 1 tahun 1 bulan yang datang dengan kelainan di kulit seperti dermatitis seboroik dan gizi buruk. Dalam pemeriksaan ditemukan keterlibatan sistem limfe, paru, hepar, tulang, dan kuku, selain kelainan kulit yang terlihat. Selain itu, juga didapatkan gangguan pada fungsi sumsum tulang yang ditunjukkan dengan adanya anemia dan trombositosis. Saat ini anak masih menjalani pengobatan sesuai protokol histiocytosis dan memasuki minggu ke-12 (fase rumatan) dengan kondisi kelainan kulit, organ, dan gangguan fungsi sumsum tulang yang membaik.Kata kunci: Langerhans cell histiocytosis, keterlibatan multiorgan, gangguan fungsi organ, prognosis 
Nyeri Sebelum Kemoterapi sebagai Prediktor Rendahnya Kualitas Hidup Penderita Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Anak-Anak DANUAJI, RIVAN; MULATSIH, SRI; SUTARNI, SRI
Indonesian Journal of Cancer Vol 4, No 2 (2010): Apr - Jun 2010
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Chemotherapy and stem cell transplantation are the main therapy in childhood leukemia. Pain is one of symptom that may occur in acute lymphoblastic leukemia (ALL) and may influence quality of life (QOL). The aim of this study is to determine correlation between pain before chemotherapy and the QOL of children with ALL. A cohort retrospective study was conducted. Quality of life was measured by PedsQLTM 3,0 version. Univariate analysis showed 7 factors as predictor of QOL. There were age, father’s and mother’s education, family income, risk’s group, pain after and before chemotherapy. Multivariate analysis showed family income (RR: 1,61; 95% CI: 1.50 – 17.29) and pain after chemotherapy (RR: 3.24, 95% CI: 1.36 – 7.68) were significantly influenced ALL childhood’s QOL. Pain before chemotherapy could be used as a predictor of ALL childhood’s QOL. Family income and pain after chemotherapy was independent predictor.
Pemahaman Perawat Mengenai Medication Errors di Bangsal Perawatan Kanker Anak RSUP Dr. Sardjito MULATSIH, SRI; DWIPRAHASTO, IWAN; -, SOETARYO
Indonesian Journal of Cancer Vol 9, No 3 (2015): Jul - Sept 2015
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.256 KB)

Abstract

Advances in medical therapy including prosecuting perpetrators paramedics to carry out a good treatment standards because the risk of medication errors events are higher. The purpose of this study was to determine the level of understanding about ME paramedics in the department of child cancer ward Dr. Sardjito.Do pre- and post- design with a quasi-experimental methods. The sample was nurses who serve childhood cancer patients. Intervention in the form of socialization policies, handbooks and training ME. Evaluation of outcomes given the level of understanding of nurses using a questionnaire before and after intervention.Of the officers a number of 24 pre and 23 post-intervention found no difference statistically significant on all respondents between before and after the intervention in terms of gender, the last education, type of work, whether there is a work permit, work sites and the average period work. There is an increase in the number of nurses who received the intervention of 11 (46%) to 21 (91%). An understanding of ME increased significantly (P <0.05) after receivingintervention, however, the respondents still do not fully understand the source of ME. Understanding the paramedics about ME is quite good, especially after training and familiarization guidebook, unlessthe source ME needed more specific training methods to improve the understanding of ME. Kemajuan terapi menuntut para pelaku kesehatan, termasuk paramedis, untuk melaksanakan standar pengobatan yang baik karena risiko kejadian Medication Errors (ME) yang semakin tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pemahaman paramedis mengenai ME di bangsal perawatan kanker anak RSUP Dr. Sardjito. Dilakukan pre- dan post- design dengan metoda kuasi ekperimental. Sebagai sampel adalah perawat yang melakukan pelayanan pasien kanker anak. Intervensi yang dilakukan berupa sosialisasi kebijakan, buku panduan, serta pelatihan Medication Errors (ME). Evaluasi luaran dengan melihat tingkat pemahaman perawat menggunakan kuesioner sebelum dan setelah intervensi.Dari petugas 24 pre- dan 23 post-intervensi, tidak ditemukan perbedaan bermakna secara statistik pada seluruh responden antara sebelum dan sesudah intervensi dalam hal jenis kelamin, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, ada tidaknya surat ijin bekerja, lokasi kerja, serta rata-rata masa kerja. Terdapat peningkatan jumlah perawat yang mendapatkan intervensi dari 11 (46%) menjadi 21 (91%). Pemahaman tentang ME meningkat secara bermakna (P < 0,05) setelah mendapatkan intervensi. Namun demikian, responden masih belum sepenuhnya memahami mengenai sumber ME. Pemahaman paramedis mengenai ME cukup baik, terutama setelah dilakukan pelatihan dan sosialisasi buku pedoman, kecuali mengenai sumber ME. Diperlukan metoda pelatihan yang lebih spesifik untuk meningkatkan pemahaman ME, khususnya paramedis.
Profil Jantung Pasien Akut Limfoblastik Leukemia Anak yang Mendapatkan Terapi Anthracycline WA’U, DAVID VICTORY; MULATSIH, SRI; MURNI, INDAH KARTIKA
Indonesian Journal of Cancer Vol 11, No 1 (2017): Jan-Mar
Publisher : Indonesian Journal of Cancer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.452 KB)

Abstract

ABSTRACTAcute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common malignancy in children under fifteen years of age. Advanced cancer therapy with anthracycline has increased survival rate but also chronic health problem and the most iscardiovascular. This study aims to describe cardiac events of ALL patients who received anthracyline during chemotherapy. We conducted a cross sectional study of childhood ALL who were hospitalized at DR Sardjito hospital between April and June 2016. Electrocardiography (ECG) and echocardiography were performed. Results of this study shows childhood ALL who received anthracycline may suffer from cardiotoxicity. Cardiac events can be found in all stage of chemotherapy.ABSTRAKLeukemia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasan yang paling banyak dialami anak di bawah usia 15 tahun. Kemajuan pengobatan kanker dengan anthracycline telah meningkatkan angka kesintasan penderita LLA dan masalah kesehatan kronik, terutama penyakit kardiovaskuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelainan jantung pada pasien LLA yang mendapatkan kemoterapi anthracyline. Penelitian dilakukan secara potong lintang dengan subjek anak penderita LLA yang dirawat di rumah sakit Dr. Sardjito antara April–Juni 2016. Pasien menjalani pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dan echocardiography. Penelitian ini menyimpulkan bahwa anak penderita ALL yang mendapatkan anthracycline dapat mengalami kardiotoksisitas. Kelainan jantung dapat ditemukan pada semua tahap kemoterapi.
Faktor yang Memengaruhi Episode Transfusi Packed Red Cell (PRC) pada Anak dengan Keganasan PURWANTO, DIAN A.P; MULATSIH, SRI; TRIYONO, TEGUH
Indonesian Journal of Cancer Vol 11, No 2 (2017): April - June
Publisher : Indonesian Journal of Cancer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.562 KB)

Abstract

ABSTRACTPRC transfusion is an adjuvant therapy frequently used in children with malignancy. There are some factors affecting transfusion episodes. For rational use of PRC must consider these factors. Objective: To find factors affecting transfusion episodes in children with malignancy. This retrospective cohort study evaluated children with malignancy between January 1 and December 31, 2015 who were admitted to Sardjito hospital. Patients were receiving therapy dan PRC transfusion during the four months following cancer diagnosis. Those with incomplete data or renal failure were excluded. The influence of these factors were analyzed with Chi-square or Fisher’s exact and Kolmogorov-Smirnov when iligible, and the most influential factor were analyzed by logistic regression. Out of 123 subjects receiving a PRC transfusion, 56 (45,5%) subjects received a PRC transfusion more than one times episodes. Higher episodes of transfusion were observed for patients whose bleeding (RR 6.940 (95%CI 2.563 to 18.790). Lower episodes of transfusion were observed for patients receiving transfusion previously and hematological malignancies, but the result were not significant (RR 0,524 (IK95% 0,057 – 4,852) and 0,464 (IK 95% 0,140 – 1,540) respectively). Bleeding is factor affecting transfusion episodes of PRC in children with malignancy.ABSTRAKTransfusi PRC merupakan terapi adjuvant yang sering digunakan pada anak dengan keganasan. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi episode transfusi sehingga penggunaan PRC rasional harus mempertimbangkan faktor tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor yang memengaruhi episode transfusi PRC pada anak dengan keganasan. Penelitian kohort retrospektif pada anak (0 –18 tahun) yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito dengan penyakit keganasan yang telah terdiagnosis selama empat bulan dan mendapat terapi serta transfusi PRC sejak 1 Januari – 31 Desember 2015. Register tidak lengkap atau dengan gagal ginjal dieksklusi. Pengaruh faktor– faktor tersebut dianalisis dengan uji Chi-square atau uji Fisher serta Kolmogorov-Smirnov bila tidak memenuhi syarat, dan faktor yang paling berpengaruh dianalisis dengan uji logistic regression. Dari 123 subjek, 56 subjek dengan episode transfusi PRC > 1 kali. Keganasan hematologi, riwayat transfusi, dan perdarahan memengaruhi episode transfusi PRC > 1 kali. Analisis multivariat didapatkan perdarahan memengaruhi episode transfusi PRC > 1 kali (RR 6,940 (IK95% 2,563 – 18,790), namun riwayat transfusi dan keganasan hematologi tidak bermakna dengan nilai RR secara berturut-turut 0,524 (IK95% 0,057 – 4,852) dan 0,464 (IK 95% 0,140 – 1,540). Penelitian ini menyimpulkan bahwa perdarahan merupakan faktor yang memengaruhi episode transfusi PRC pada anak dengan keganasan.Â